Tahun pelajaran baru merupakan hal yang
ditunggu-tunggu oleh setiap orangtua, kebanyakan orangtua sangat antusias
melihat dan mengantar anaknya kesekolah pada hari pertama mereka masuk ke
lembaga formal. Memasuki masa awal tahun kanak-kanak anak
belajar untuk mengembangkan kemampuan sosial dan emosionalnya, menemui banyak
rintangan dan masalaha, serta berusaha untuk mencari jalan keluarnya.
Idealnya, anak yang memiliki kemampuan sosial
emosional yang baik akan sangat mudah beradaptasi dengan lngkungan baru. Namun,
kenyataannya tidak sedikit pula anak-anak yang tidak mudah dilepas oleh
orangtuanya saat pertama masuk sekolah dan mengalami tantrum temper, dimana anak melakukan amukan-amukan
menangis keras, melengkungkan tubuhnya, sampai menggeliat-menggeiat tanda
marah. Pada usia Batita bentuk tantrum
ini disertai dengan teriakan dan menangis, tidak jarang ia melakukan serangan
fisik seperti menendang, membanting, melempar sesuatu, memukuli tangan dan
kaki, mencubit, hingga menyakiti dirinya sendiri dengan menjatuhkan diri ke
lantai. Tentu saja bukan hal mudah mengatasinya, di awala tahun pelajaran baru
sering kali orangtua merasakan khawatir yang berlebihan pada saat anaknya masuk
ke kelas. Memikirkan apakah anakku bisa melakukan kegiatan dikelas?, apakah ibu
guru dan teman-temannya bersikap baik pada anakku?, apakah lingkungan disekolah
aman untuk anakku?, apakah anakku berani?, apakah anakku punya teman? Apakah anakku
bisa membuka botol minumnya sendiri? Dan banyak lagi apakah-apakah lainnya.
Kekahawatiran tersebut wajar saja terjadi
pada setiap orangtua, karena kelekatan emosi antara anak dan orangtua yang
masih terikat. Mempercayakan bahwa anak kita bisa dan berani merupakan salah
satu cara menghindari tantrum saat anak mulai masuk sekolah. Percayalah bahwa
setiap anak memiliki pemahaman tentang akibat setiap perbuatannya terhadap
emosinya atau orang lain dan anak mampu mengatur kembali kondisi emosinya
menjadi positif. Contohnya, ketika anak meraung saat terpisah dari orangtua dan
harus masuk kelas bersama ibu guru dan teman lainnya, maka dengan sendirinya ia
akan menyesuaikan diri dengan lingkungan, ia akan tahu bahwa saat itu ia sedang
bersekolah dan berusaha untuk menguatkan diri bahwa sekolah adalah lingkungan
yang aman untuk dirinya. Melatih kecakapan sosial dan emosional anak merupakan
hal penting yang harus distimulasi sejak dini. Karena anak yang memiliki
kecakapan emosi tinggi, mempunyai tingkat kesadaran diri yang baik, pandai
mengendalikan diri, bisa dipercaya, mudah beradaptasi, dan kreatif. Ia juga
akan mudah bergaul dan membangun persahabatan di lingkungannya dengan cepat.
Tantrum merupakan hal yang wajar karena
dialami oleh semua anak usia dini, dan perlu kita ketahui bahwa mengamuk
merupakan ekspresi sederhana dari rasa frustasi yang pada dasarnya anak ingin
menunjukkan kuasa dirinya (egosentris) dan menjadi sangat marah ketika
keinginannya tidak terpenuhi segera.
Kebanyakan orangtua pasti mengalami
kebingungan yang sangat ketika menghadapi anak tantrum dengan kemarahan yang
amat. Berikut merupakan cara praktis untuk mengatasi anak tantrum saat masuk
sekolah :
1. Tetaplah
bersikap seolah tidak peduli dengan melakukan kegiatan dan melepaskan anak
untuk bersama ibu gurunya. Berusahalah ikhlas meninggalkan anak yang tantrum
ketika kita tinggalkan, karena dengan sendirinya anak akan menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan.
2. Berpamitan
dan peluklah anak dengan hitungan, hal ini akan membantu anak meredakan
tangisannya, seyogyanya orangtua tidak perlu terpancing untuk mengikuti
keinginan si anak untuk selalu bersama. Ambil nafas dalam kemudian peluklah
anak sampai hitungan 10. Melalui berhitung akan membantu kita menenangkan diri.
Setelah itu lepaskanlah pelukan dan katakan “Adek, sekarang waktunya sekolah,
selamat bersenang-senang ya!”. Buatlah kalimat pendek namun bermakna bagi anak,
tinggalkanlah ia walau dalam kondisi mengamuk. Hindarilah percakapan yang
menimbulkan perdebatan dengan anak.3. Ciptakanlah jarak antara anak yang sedang mengamuk dengan orangtua/orang dewasa dan anak lainnya, berikan tempat untuk anak melepaskan amukannya lalu tinggalkan untuk sejenak. Setelah anak mampu menguasai emosinya, maka proses komunikasi dengan guru dapat dilakukan. Memberinya pelukan hangat sebagai wujud bangga atas dirinya yang mampu menenangkan diri adalah hal yang sangat dianjurkan.
4. Segera ambil tindakan ketika anak mulai melakukan agresi seperti menggigit, memukul, mencakar dsb. Katakan “Maaf, ibu tidak nyaman kalau dipukul!”. Apabila ia bermaksud membahayakan dirinya dengan menyakiti diri, maka segeralah bawa ketempat yang aman dimana anak tetap dapat melanjutkan tantrumnya dengan aman. Kemudian bersikaplah konsisten di hari-hari berikutnya saat kegiatan sekolah berlangsung. Kebanyakan orangtua khawatir bila anaknya menjadi trauma kesekolah karena di awali dengan hal yang tidak menyenangkan menurut orang dewasa. Namun, percayalah, ketika kita memilih sebuah lembaga pendidikan, tentunya kita sudah selektif dan mempercayakan bahwa seluruh guru dan lingkungannya aman untuk anak kita.
Ingatlah bahwa
tantrum merupakan suatu reaksi normal terhadap rasa frustasi, bukan suatu tanda
ketidak patuhan. Tantrum juga mengisyaratkn bahwa kita orang dewasa sebenarnya
sudah berlaku benar dengan membuat batasan-batasan hal yang boleh dan tidak
boleh anak lakukan, sehingga pada akhirnya anak akan merasa cukup aman
mengekspresikan dirinya secara jujur dan wajar pada kita.
Oleh : Eka Annisa



Tidak ada komentar:
Posting Komentar