17 Jul 2017

Mengatasi Anak Tantrum Saat Pertama Sekolah


Tahun pelajaran baru merupakan hal yang ditunggu-tunggu oleh setiap orangtua, kebanyakan orangtua sangat antusias melihat dan mengantar anaknya kesekolah pada hari pertama mereka masuk ke lembaga formal.   Memasuki masa awal tahun kanak-kanak anak belajar untuk mengembangkan kemampuan sosial dan emosionalnya, menemui banyak rintangan dan masalaha, serta berusaha untuk mencari jalan keluarnya.
Idealnya, anak yang memiliki kemampuan sosial emosional yang baik akan sangat mudah beradaptasi dengan lngkungan baru. Namun, kenyataannya tidak sedikit pula anak-anak yang tidak mudah dilepas oleh orangtuanya saat pertama masuk sekolah dan mengalami tantrum temper, dimana anak melakukan amukan-amukan menangis keras, melengkungkan tubuhnya, sampai menggeliat-menggeiat tanda marah.  Pada usia Batita bentuk tantrum ini disertai dengan teriakan dan menangis, tidak jarang ia melakukan serangan fisik seperti menendang, membanting, melempar sesuatu, memukuli tangan dan kaki, mencubit, hingga menyakiti dirinya sendiri dengan menjatuhkan diri ke lantai. Tentu saja bukan hal mudah mengatasinya, di awala tahun pelajaran baru sering kali orangtua merasakan khawatir yang berlebihan pada saat anaknya masuk ke kelas. Memikirkan apakah anakku bisa melakukan kegiatan dikelas?, apakah ibu guru dan teman-temannya bersikap baik pada anakku?, apakah lingkungan disekolah aman untuk anakku?, apakah anakku berani?, apakah anakku punya teman? Apakah anakku bisa membuka botol minumnya sendiri? Dan banyak lagi apakah-apakah lainnya.  
Kekahawatiran tersebut wajar saja terjadi pada setiap orangtua, karena kelekatan emosi antara anak dan orangtua yang masih terikat. Mempercayakan bahwa anak kita bisa dan berani merupakan salah satu cara menghindari tantrum saat anak mulai masuk sekolah. Percayalah bahwa setiap anak memiliki pemahaman tentang akibat setiap perbuatannya terhadap emosinya atau orang lain dan anak mampu mengatur kembali kondisi emosinya menjadi positif. Contohnya, ketika anak meraung saat terpisah dari orangtua dan harus masuk kelas bersama ibu guru dan teman lainnya, maka dengan sendirinya ia akan menyesuaikan diri dengan lingkungan, ia akan tahu bahwa saat itu ia sedang bersekolah dan berusaha untuk menguatkan diri bahwa sekolah adalah lingkungan yang aman untuk dirinya. Melatih kecakapan sosial dan emosional anak merupakan hal penting yang harus distimulasi sejak dini. Karena anak yang memiliki kecakapan emosi tinggi, mempunyai tingkat kesadaran diri yang baik, pandai mengendalikan diri, bisa dipercaya, mudah beradaptasi, dan kreatif. Ia juga akan mudah bergaul dan membangun persahabatan di lingkungannya dengan cepat.
Tantrum merupakan hal yang wajar karena dialami oleh semua anak usia dini, dan perlu kita ketahui bahwa mengamuk merupakan ekspresi sederhana dari rasa frustasi yang pada dasarnya anak ingin menunjukkan kuasa dirinya (egosentris) dan menjadi sangat marah ketika keinginannya tidak terpenuhi segera.

Kebanyakan orangtua pasti mengalami kebingungan yang sangat ketika menghadapi anak tantrum dengan kemarahan yang amat. Berikut merupakan cara praktis untuk mengatasi anak tantrum saat masuk sekolah :

1.     Tetaplah bersikap seolah tidak peduli dengan melakukan kegiatan dan melepaskan anak untuk bersama ibu gurunya. Berusahalah ikhlas meninggalkan anak yang tantrum ketika kita tinggalkan, karena dengan sendirinya anak akan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
2.     Berpamitan dan peluklah anak dengan hitungan, hal ini akan membantu anak meredakan tangisannya, seyogyanya orangtua tidak perlu terpancing untuk mengikuti keinginan si anak untuk selalu bersama. Ambil nafas dalam kemudian peluklah anak sampai hitungan 10. Melalui berhitung akan membantu kita menenangkan diri. Setelah itu lepaskanlah pelukan dan katakan “Adek, sekarang waktunya sekolah, selamat bersenang-senang ya!”. Buatlah kalimat pendek namun bermakna bagi anak, tinggalkanlah ia walau dalam kondisi mengamuk. Hindarilah percakapan yang menimbulkan perdebatan dengan anak.

3.     Ciptakanlah jarak antara anak yang sedang mengamuk dengan orangtua/orang dewasa dan anak lainnya, berikan tempat untuk anak melepaskan amukannya lalu tinggalkan untuk sejenak. Setelah anak mampu menguasai emosinya, maka proses komunikasi dengan guru dapat dilakukan. Memberinya pelukan hangat sebagai wujud bangga atas dirinya yang mampu menenangkan diri adalah hal yang sangat dianjurkan.
4.     Segera ambil tindakan ketika anak mulai melakukan agresi seperti menggigit, memukul, mencakar dsb. Katakan “Maaf, ibu tidak nyaman kalau dipukul!”. Apabila ia bermaksud membahayakan dirinya dengan menyakiti diri, maka segeralah bawa ketempat yang aman dimana anak tetap dapat melanjutkan tantrumnya dengan aman. Kemudian bersikaplah konsisten di hari-hari berikutnya saat kegiatan sekolah berlangsung. Kebanyakan orangtua khawatir bila anaknya menjadi trauma kesekolah karena di awali dengan hal yang tidak menyenangkan menurut orang dewasa. Namun, percayalah, ketika kita memilih sebuah lembaga pendidikan, tentunya kita sudah selektif dan mempercayakan bahwa seluruh guru dan lingkungannya aman untuk anak kita.


Ingatlah bahwa tantrum merupakan suatu reaksi normal terhadap rasa frustasi, bukan suatu tanda ketidak patuhan. Tantrum juga mengisyaratkn bahwa kita orang dewasa sebenarnya sudah berlaku benar dengan membuat batasan-batasan hal yang boleh dan tidak boleh anak lakukan, sehingga pada akhirnya anak akan merasa cukup aman mengekspresikan dirinya secara jujur dan wajar pada kita.

Oleh : Eka Annisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar