Seiring
dengan berjalannya waktu arus perkembangan teknologi kini semakin canggih, tentunya
tidak sedikit pula orangtua yang membiarkan anakknya diasuh oleh tayangan televise
dan gadget. Alih-alih supaya anaknya tidak gagap teknologi, kebanyakn
orangtua malah kelolosan sehingga anak-anaknya keranjingan televisi dan gadget.
Kondisi tersebut berdampak pada perkembangan anak dimana anak menjadi malas
melakukan aktivitas fisik, tidak mudah bergaul, kurang peduli lingkungan,
sampai permasalah emosional menjadi kendala.
Ironisnya
dengan kondisi tersebut orangtua malah merasa leluasa untuk melakukan kegiatan
sehari-hari tanpa digerecoki oleh anak-anaknya. Mereka menganggap bahwa dengan
membiarkan anak menonton televise ataupun bermain gadget, mampu membuat anak
menjadi tenang, tidak aktif bergerak, dan orang tuapun bebas melakukan
aktivitasnya. Tapi tahukah anda rata-rata perhari anak yang mengalami
keranjingan TV dan gadget menghabiskan 13 sampai 15 jam perminggu untuk menonton
televisi dan melakukan kegiatan bersama gadgetnya.
Bayangkan
apaila waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya yang dapat
mengasah kemampuan anak kita. Berdasarkan hasil penelitian, yang disampaikan
dalam sebuah seminar perkembangan, ternyata televisi hanya memiliki sedikit
unsur tayangan yang bersifat mendidik, berikut datanya :
Iklan
39,74%
Sinetron 30,97%
Berita 15,68%
Film 9,31%
Hiburan 7,30%
Olahraga 0,94%
Pendidikan 0,07%
Tentu
saja dengan presentasi nilai pendidikan yang hanya memiliki persentasi 0,07% sudah
tentu nilai positif yang dapat diambil oleh seorang anak yang banyak
menghabiskan waktunya dengan menonton televisi dan Gadget
(tanpa bimbingan orang tua) hanya sedikit sekali.
Lalu, sejauh
manakah pengaruh televisi terhadap perilaku agresi dan perkembangan
anak? Sadarkah kita bahwa televise dan
gadget akhir-akhir ini menjadi
masalah sosial yang harus kita tangani dengan segera?
Dalam
suatu investigasi longitudinal, jumlah kekerasan yang ditonton di televisi pada
usia 8 tahun berhubungan secara signifikan dengan keseriusan tindakan-tindakan
kriminal yang dilakukan sebagai seorang dewasa (Huesmann,1986). Dalam
investigasi lain, menonton kekerasan melalui televisi dalam waktu yang cukup
lama berhubungan secara signifikan dengan kemungkinan agresi pada anak
laki-laki berusia 12 hingga 17 tahun (Belson,1978). Anak laki-laki yang
cenderung menonton kekerasan dalam tayangan televisi maupun gadget mampu
melakukan tindak kejahatan, kekerasan, agresif dalam berolahraga, senang menganncam,
menyakiti teman. Selain itu, sinar yang datang dari layar tanpa jeda membuat
mata tak punya kesempatan untuk memperbaiki dirinya sehingga timbul kelelahan
pada anak. Dampak lain yang bisa timbul adalah, band arm vibration syndrome dimana tangan bergerak
sendiri sehingga susah dikoordinasikan, syarafnya rusak hingga sulit melakukan
kegiatan sehari-hari.
Televisi dan gadget
pada umumnya memang memiliki pengaruh yang negatif terhadap perkembangan anak,
adapun cara yang dilakukan oleh ”si televise dan gadget”
adalah dengan 1) membuat anak menjadi pembelajar
yang pasif; 2) sulit terlibat dari pekerjaan rumah yang pada dasarnya diusia
dini anak harus diperkenalkan pada tugas-tugasnya dirumah; 3) memberi mereka
agresi model kekerasan; 4)memberi pandangan yang tidak realistik pada dunia.
Albert
Bandura mengemukakan bahwa proses belajar pada anak terjadi melalui peniruan
(imitasi) terhadap orang lain yang dilihat oleh anak. Anak melihat perilaku
orang lain dan kemudian mengadopsi perilaku tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut, sudah jelaslah bahwa anak
berperilaku atas dasar imitasi, mereka peniru yang ulung, mereka mampu menjadi
seorang yang positif ataupun negatif tergantung dari apa yang mereka lihat dan
contohkan.
Lalu
apa yang harus dilakukan ketika anak kita keranjingan TV dan Gadget?
Untuk mengatasinya, buatlah
peraturan bersama dengan anak-anak. Tapi perlu kita ingat bahwa peraturan yang
dibuat bersama anak sifatnya universal, sehingga harus berlaku juga untuk
seluruh anggota rumah. Contohnya, ketika sudah disepakti untuk tidak menonton
televisi di jam-jam tertentu, maka hal tersebut tidak hanya berlaku untuk anak
saja, namun orangtua juga harus mematuhinya. Katakan pada anak tayangan dan
games apa saja yang bisa anak lihat, kemudian batasi waktunya seperti misalnya
memberi bonus waktu lebih lama saat akhir pekan.
Selanjutnya, buatlah
jadwal kegiatan satu hari dirumah menggunakan chart warna warni yang bisa
memotivasi anak, chart ini dapat berfungsi untuk melatih anak agar disiplin
dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari, perlu kita ingat bahwa menerapkan
disiplin pada anak haruslah menyenangkan. Pada tahap ini orangtua harus
konsisten menjalankan jadwal yang sudah dibuat bersama, orangtua juga harus
menjadi contoh agar anak dapat meniru hal baik dan tidak teralih lagi dengan televisi
dan gadgetnya, pastikan jadwal yang telah dibuat sesuai dengan proporso usia
anak, hindari sikap otoriter dan hal penting lainnya adalah menjalin komunikasi
dua arah, dimana orangtua harus menyadari dan mempertimbangkan apa yang menjadi
keinginan si anak untuk menjalankan proses disiplinnya.
Hal yang terakhir
adalah, jangan lupakan pentingnya melakukan aktivitas outdoor bersama, seperti
bersepeda, bermain bola, pergi ketaman, berenang dsb. Pastikan anak selalu
merasa dipenuhi kebutuhan afeksinya dan merasa diinginkan oleh lingkungannya.
Dengan demikian televisi dan gadget akan jadi tidak menarik lagi baginya.
Childreen see Childreen do!
Oleh : Eka Annisa


Tidak ada komentar:
Posting Komentar